Lestarikan Bahasa Daerah Dimulai Dari Rumah

MEDIA CENTER, Palangka Raya – Penggunaan bahasa daerah dalam sebuah keluarga belakangan ini nampaknya mulai kurang. Contohnya dalam sebuah keluarga yang sama-sama dihuni warga Dayak, justru bahasa komunikasi sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Indonesia.

Seperti diutarakan Apri seorang ibu rumah tangga dari keluarga Dayak yang bertempat tinggal di Jalan Jati, Palangka Raya, tidak menepis jika bahasa komunikasi sehari-hari yang dominan digunakan dalam keluarga besar mereka adalah bahasa Indonesia.

Tak heran kata Apri, anak-anak termasuk keponakanya yang tumbuh dalam lingkungan keluarganya inipun, kurang mengerti berbicara dengan bahasa lokal khususnya Bahasa Dayak Ngaju yang umumnya digunakan di Kota Palangka Raya.

“Ini dikarenakan anak-anak sejak kecilnya lebih banyak mendengar dialog atau percakapan maupun bertutur di dalam keluarga menggunakan bahasa Indonesia,” ungkapnya, Selasa (10/1/2022), di Palangka Raya.

Kalaupun bahasa lokal dominan digunakan selama ini lanjut Apri, hanya pada saat berkumpulnya keluarga besar pada acara tertentu. “Karena itulah, akibat kurangnya anak-anak dialog menggunakan bahasa lokal atau bahasa khas daerah, membuat mereka kurang fasih berbicara menggunakan bahasa daerah,” tukasnya.

Terlebih yang memprihatinkan tambah Apri, pada mata pelajaran bahasa daerah atau dikenal dengan istilah “Muatan Lokal” di sekolah, maka perolehan nilai anak-anak masih sangat rendah. “Iya, anak saya yang duduk di bangku SD dan di SMP, mereka kerap mendapat nilai rendah di pelajaran muatan lokal ini,” bebernya.

Apri tak menampik jika selaku orangtua, ia sangat jarang mengajari anaknya bahasa daerah (Bahasa Dayak Ngaju). “Walaupun kami sadar betul melestarikan bahasa daerah sangat penting. Namun karena sudah terkontaminasi, maka untuk mengajarkan menjadi sulit,” tuturnya.

Sementara itu Vivi yang merupakan staf kependidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Palangka Raya (UPR) mengatakan, ada berbagai faktor yang menyebabkan mulai kurangnya generasi sekarang ini menggunakan bahasa lokal.

“Salah satunya dipengaruhi dari lingkungan keluarga. Terutama orangtua cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi sehari-hari dengan keluarga dan anak-anaknya,” terang Vivi.

Faktor lainnya tambah dia, yakni minimnya penggunaan bahasa daerah dalam pendidikan sekolah. Kemudian faktor kurangnya minat generasi muda untuk melestarikan bahasa daerah. Terlebih pengaruh kemajuan zaman saat ini sehingga generasi saat ini banyak yang tidak menghiraukan lagi pentingnya bahasa lokal atau daerah.

“Padahal anak-anak dan generasi mudalah yang diharapkan bisa melestarikan bahasa daerah tersebut. Saya sepakat, pengenalan bahasa daerah yang paling mudah dimulai dari rumah,” pungkas Vivi. (MC. Kota Palangka Raya.1/nd)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *