Karungut Jadi Jati Diri Masyarakat Dayak

MEDIA CENTER, Palangka Raya – Karungut menjadi salah satu seni sastra lisan masyarakat Dayak, Kalimantan Tengah, yang masih lestari hingga saat ini. Kekayaan budaya ini seakan-akan menambah pesona Kalimantan Tengah, di mata masyarakat dunia. Seni ini menjadi jati diri masyarakat Dayak.

Budayawan seni Karungut, Hendrik Tarung mengatakan, Karungut bukan sekedar lantunan syair musik dalam kebudayaan Dayak saja. Namun, Karungut sudah menjadi bagian dari jati diri masyarakat Dayak, yang ada di pulau Kalimantan.

“Karungut ini adalah budaya yang sudah di wariskan dari zaman nenek moyang dahulu. Sudah ada sejak berabad-abad lalu, sebagai jati diri masyarakat Dayak,” katanya, Selasa (16/1/2024), di Palangka Raya.

Kata Karungut berasal dari bahasa Sangiang dan Sangen. Bahasa itu digunakan oleh masyarakat Dayak Ngaju kuno yang artinya adalah “Tembang”. Awal mula karungut berhubungan erat dengan kendayu, yaitu tembang atau puji-pujian di dalam agama Hindu Kaharingan.

“Ketika para wanita Dayak hendak menidurkan anaknya, mereka akan melantunkan kendayu dengan cara bernyanyi atau bersenandung agar anak mereka dapat tertidur dengan cepat dan pulas,” jelasnya.

Kemudian, kendayu itu pun mulai mengalami perubahan. Tembang yang dahulu digunakan sebagai media pengantar tidur anak-anak Dayak, kini telah menjelma menjadi sebuah tembang yang digunakan untuk menyampaikan pesan kebajikan dan petuah kepada siapa pun yang mendengarnya, yaitu Karungut.

“Tidak dapat kita pungkiri sekarang Karungut tidak hanya menjadi sebuah musik tradisional khas Dayak saja, namun sudah berkembang menjadi hiburan, pendidikan, dan lain sebagainya. Bahkan kini sudah muncul Karungut modern,” ungkapnya.

Dijelaskan Hendrik, munculnya Karungut modern menjadi salah satu bukti kesenian khas Suku Dayak Ngaju ini terus berkembang sesuai zaman. Seni Karungut yang dahulunya dinyanyikan dengan iringan petikan kecapi khas Dayak Ngaju, kini berkembang dengan kolaborasi alat musik modern.

“Munculnya Karungut modern juga tidak bisa kita hindarkan. Karena sesuai dengan perkembangan zaman. Namun keaslian dan ciri khas dari Karungut ini yang harus tetap kita jaga. Jangan sampai keasliannya kalah karena kita lebih menonjolkan budaya modern dalam Karungut,” pesannya.

Hendrik mengakui, perkembangan seni Karungut menang tergolong cepat. Kesenian ini kini mulai dikenal dan disukai oleh masyarakat Kalimantan saja. Namun sudah dapat dinikmati oleh masyarakat yang berasal dari mancanegara. Upaya pelestarian Seni Karungut ini juga terus dilakukan, salah satunya melalui pembelajaran di sekolah.

“Kami mengimbau anak-anak muda Kalimantan Tengah, untuk jangan malu melantunkan Karungut ini. Karena ini salah satu budaya yang harus kita jaga, kita lestarikan, untuk anak cucu kita nanti,” pungkasnya. (MC. Kota Palangka Raya.1/ndk)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *