Pecahkan Rekor Muri Tradisi Mangenta Harus Dijaga Kelestariannya

MEDIA CENTER, Palangka Raya-Tradisi Mangenta dari Kalimantan Tengah pada Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) berhasil tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri) dengan kategori peserta terbanyak.

Gubernur Kalimantan Tengah H Sugianto Sabran menyebutkan bahwa Mangenta merupakan tradisi memasak khas suku Dayak sebagai ungkapkan syukur pada saat musim panen tiba yang perlu dilestarikan.

“Menjaga kebudayaan yang ada di Kalimantan Tengah seperti tradisi Mangenta ini, merupakan tugas kita bersama. Kita ingin agar kearifan budaya lokal, tetap ada hingga masa yang akan datang. Sehingga dapat terus dikenal oleh generasi-generasi mendatang,” Kata Sugianto ketika menyampaikan sambutannya pada acara penutupan FBIM yang diselenggarakan di Bundaran Besar, Minggu (22/5/2022) pagi.

Pemecahan rekor Muri terhadap tradisi Mangenta, kata Sugianto Sabran, merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga eksistensi dan keberlangsungan warisan budaya nenek moyang, untuk generasi yang akan datang. Ke depannya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah akan terus berupaya berinovasi memperkenalkan tradisi dan kebudayaan lokal lainnya kepada masyarakat di Indonesia maupun mancanegara.

“Semua pihak harus terlibat, saling memberikan mendukung dan bersama-sama menjaga kelestarian budaya lokal. Jangan pernah malu untuk memperkenalkan kebudayaan dari nenek moyang kita. Agar tidak diklaim oleh negara lain,” ujar Sugianto Sabran.

Dengan dilaksanakannya acara ini, diharapkan mampu menggugah masyarakat bisa lebih mengenal kuliner khas daerah Kalimantan Tengah, yang selanjutnya ada upaya untuk pengembangannya menjadi aneka varian makanan khas Bumi Tambun Bungai, agar lebih menarik dan diminati oleh masyarakat.

“Tidak hanya sekedar varian original saja sehingga kuliner Kenta bisa menjadi kuliner modern yang digemari semua orang termasuk generasi milenial,” tambah Sugianto.

Senior Manager MURI, Awan Rahargo mengatakan, pencatatan rekor Muri Festival Mangenta dengan kategori terbanyak ini merupakan salah satu wujud pelestarian budaya nenek moyang yang harus dilakukan, agar tidak hilang dan tetap dapat diketahui oleh masyarakat terutama generasi muda yang akan datang.

“Tadi kami juga sempat mewawancarai beberapa peserta yang ikut dalam Festival Mangenta ini. Ternyata mereka baru pertama kali mengetahui trandisi membuat Kenta, yang biasa dibuat pada saat musim panen tiba. Karena selama ini mereka hanya mengetahui bagaimana bentuk dan rasanya saja, tidak pernah tau cara membuatnya,” tutupnya. MC. Isen Mulang/Nitra/ndk

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *