Melihat Dari Dekat Ritual Balian Balaku Untung

MEDIA CENTER, Palangka Raya- Ritual Balian Balaku Untung merupakan salah satu dari sekian banyak upacara ritual masyarakat Dayak. Terutama bagi pemeluk kepercayaan Kaharingan di Kalimantan Tengah.

Balian Balaku Untung dalam filosopi Suku Dayak Ngaju merujuk pada nama kegiatan (upacara) yang dilaksanakan oleh 5-9 orang, yang dipimpin seorang Basir. Adapun balaku berarti memohon atau meminta; dan untung berarti berkah, keberuntungan atau keselamatan.

Jadi, upacara Balian Balaku Untung merupakan ritual pengorbanan tulus suci yang pada dasarnya upacara untuk memohon berkah, keberuntungan dan keselamatan kepada Ranying Hatalla Langit (Yang Maha Kuasa) melalui penyelenggaraan balian.

Seperti ritual Balian Balaku Untung yang baru-baru ini dilaksanakan oleh keluarga Uwaw Sumeng, dimana warga Kota Palangka Raya ini dikenal sangat memegang teguh serta menjunjung tinggi ritual, tradisi serta adat dan budaya leluhur suku Dayak

Adapuan ritual Balian Balaku Untung dilaksanakan Uwaw Sumeng di kediamannya di Jalan G.Obos 20 ini dilaksanakan selama 6 hari berturut turut dengan mengorbankan beberapa ekor hewan seperti sapi dan sebagainya.

Saat dibincangi media Uwaw Sumeng menuturkan, ritual Balian Balaku Untung menurut keyakinannya, dipercaya untuk mengatasi segala kesulitan dengan bantuan Ranying Hatalla Langit, Rabu (21/9/2022).

โ€œKami sekeluarga sangat memegang teguh serta menjunjung tinggi adat dan budaya leluhur. Karenanya, dengan menggelar ritual Balian Balaku Untung, diharapkan segala permohonan dan harapan kami dikabulkan oleh Ranying Hatalla Langit,โ€harap Uwaw Sumeng.

Sementara itu ditempat terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga Hj. Iin Hedrayati Idris, S.Sos, MM, memberikan apresiasi kepada warga Kota Palangka Raya terutama bagi suku Dayak yang masih sangat peduli dan menjunjung tinggi serta memperhatikan kultur budaya ditengah moderenisasi seperti sekarang ini.

Menurutnya, ritual Balian Balaku Untung merupakan tradisi yang turun temurun dari nenek moyang suku Dayak yang sangat sakral, dimana sekarang ini keberadaanya hampir hilang seiring dengan kemajuan zaman.

โ€œTradisi, ritual, kultur budaya serta adat istiadat lokal wajib kita jaga dan kita lestarikan. Kalau bukan kita, siapa lagi, agar kelak anak cucu kita tidak hanya mendengar dari sejarah tentang betapa kayanya warisan nenek moyang suku Dayak,โ€tutup Iin Hendrayati. MC. Isen Mulang/Nitra/wspd

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *