Ritual Manenung Tentukan Waktu Untuk Pelaksanaan Tiwah Massal

MEDIA CENTER, Palangka Raya – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Kalteng bersama dengan Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan (MBAHK) Pusat-Kalimantan Tengah, bersiap menggelar pelaksanaan upacara adat Dayak yakni upacara “Tiwah” yang dilaksanakan secara massal di Kota Palangka Raya.

Terlebih gelaran ritual Tiwah itu sendiri telah menjadi agenda tahunan Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Sebab itulah untuk pelaksanaan Tiwah  ditahun 2018 ini oleh Pemprov Kalteng dipersiapkan secara matang, terutama agar  mampu menyedot wisatawan untuk menyaksikan acara tersebut nantinya.

Sementara itu, agar pelaksanaan Tiwah massal dapat berjalan sesuai harapan, kini pihak Disbudpar Kalteng terus mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Salah satunya melalui ritual khusus dalam menentukan hari dan waktu yang tepat pelaksanaan Tiwah.

Seperti pada Sabtu (30/6/2018),  Disbudpar Kalteng bersama dengan pihak MBAHK menggelar ritual “Manenung” di Balai Basarah Palangka Raya.

Manenung itu sendiri adalah ritual atau upacara yang digunakan sebagai media untuk mencari  sesuatu, melalui balian atau basir dengan keahlian khusus dan ketulusan batin. Balian atau basir inilah yang memanggil roh (leluhur) atau tokoh yang berada di alam niskala sesuai dengan lingkungan di sekitar.

“Tadi kita melakukan ritual manenung, yakni merupakan kepercayaan masyarakat Dayak Hindu Kaharingan. Ritual ini digelar untuk meminta petunjuk kapan waktu yang tepat untuk menggelar upacara Tiwah massal. Nah, dari hasil ritual Manenung, disebut awal bulan November 2018 adalah waktu yang tepat,” ungkap Kepala Disbudpar Kalteng, Guntur Talajan.

Menurutnya, Gubernur Kalteng sangat mendukung sekaligus meminta agar pelaksanaan Tiwah dapat digelar dengan kesiapan yang matang. Terlebih kegiatan upacara Tiwah dilakukan secara massal dan terbuka bagi semua keluarga  masyarakat Dayak se Kalteng yang ingin melaksanakan Tiwah.

“Apalagi ritual Tiwah telah masuk pada kalender di Kementerian Pariwisata, maka itu harus dipersiapkan secara matang, dan diharapkan upacara ini bisa diminati wisatawan mancanegara, sebagaimana layaknya acara ritual di Bali maupun di Yogyakarta,”tutur Guntur.

Ditambahkan Guntur, akan sangat disayangkan apabila ritual Tiwah yang saat ini sudah menjadi bagian dari agenda bernilai tinggi, tidak dipersiapkan dengan baik. mengingat ritual Tiwah bernilai historis yang sangat tinggi, sehingga harus terus dipertahankan.

“Kita ingin pelaksanaan Tiwah ini memiliki daya tarik tersendiri, sebab di dalam pelaksanaannya banyak sekali terkandung ritual yang tidak dimiliki daerah maupun negara manapun dibelahan dunia ini,” imbuh Guntur.

Sementara itu Ketua MBAHK, Walter S Penyang mengatakan, ritual Manenung, merupakan ritual yang sangat penting manakala umat Kaharingan pada khususnya dan masyarakat Dayak pada umumnya ingin menggelar hajatan besar, seperti halnya pelaksanaan Tiwah Massal.

Manenung itu sendiri kata Walter adalah merupakan ritual yang sangat tinggi nilai sakralnya, karena dalam media upacaranya menggunakan bentuk bahasa Sangiang yang hanya bisa dilakukan para basir-basir.

“Kegiatan Manenung atau disebut juga Manajah Antang kali ini adalah untuk memohon petunjuk dari para leluhur, terutama terkait dengan rencana pelaksanaan Tiwah massal di tahun 2018,” terang Walter, seraya mengatakan dari hasil Manenung telah ada petunjuk bahwa pada awal bulan November adalah waktu yang tepat digelarnya Tiwah massal. (MC. Isen Mulang.1/engga)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *