Perilaku Seks Menyimpang Dominasi Penyebaran HIV/AIDS Di Kota Palangka Raya

 

MEDIA CENTER, Palangka Raya – Pertemuan rapat koordinasi lintas sektor, oleh komisi Penangulangan AIDS Kota Palangka Raya, di Ruang Rapat Peteng Karuhei I Kantor Wali Kota Palangka Raya, Kamis (23/6/2022).

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Palangka Raya Harry Maihadi, mewakili Wakil Wali Kota Umi Mastikah sebagai Ketua Pelaksana Komisi Penanggulangan AIDS Kota Palangka Raya menyampaikan, “Pertemuan ini dihadiri juga dari Instansi terkait perwakilan Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Satpol PP, Rumah Sakit Umum Kota Palangka Raya dan Puskesmas Kota Palangka Raya, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kota Palangka Raya dan Yayasan Harapan Tahta”.

Lebih lanjut Harry Maihadi meyampaikan pertemuan ini untuk evaluasi apa saja yang sudah dikerjakan sepanjang tahun kemarin, pertemuan ini dilaksanakan tiap tahun, untuk mengendalian penyebaran AIDS/HIV. Dijelaskan juga perilaku seks menyimpang dominasi penyebaran HIV/AIDS di Kota Palangka Raya

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kota Palangka Raya Susi Idawati Hasbi menyampaikan, “Berharap adanya masukan dari mitra kerja Komisi Penangulangan AIDS untuk kami, kita berdikusi, kendala apa selama ini dalam penanggulangan AIDS, sehingga kami dapat menyusun program kerja selanjutnya”.

Siti Hapsari pengelola program HIV dari Bidang Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya dalam paparannya menyampaikan, “Kasus HIV/AIDS di Kota Palangka Raya dari tahun 2021 sebanyak 119 orang dan Tahun bulan Mei 2022 terdapat 49 orang. Dan jika penderita HIV/AIDS dibagi berdasarkan jenis kelamin tahun 2021 terbanyak laki-laki 92 orang dan perempuan 27 orang ,sedangkan pada bulan Mei Tahun 2022 laki-laki 43 orang perempuan 6 orang”.

Indikator pengendalian infeksi HIV/AIDS menurunkan angka infeksi baru penularan HIV/AIDS, mencegah kematian akibat AIDS dan tidak ada diskriminasi terhadap penderita HIV.

“Tantangan dan masalah yang dihadapi, dukungan pendanaan kecil bahkan untuk Tahun 2022, sistem pelaporan yang tidak lancar karena rumit pelaporannya dan aplikasi yang sering error, serta jumlah baru terus meningkat, dan keenganan penderita untuk berobat”, ungkap Siti Hapsari mengakhiri paparannya. (MC. Isen Mulang/BambangW/wspd)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *